Collections

Collections
Naomi's Photo

My Journey

My Journey
Angels

Welcome to my blog

Kekristenan tidak membebaskan masalah, tapi menyediakan TUJUAN & KEKUATAN utk mencapai tujuan itu. JESUS adalah tujuan kita & DIA menyediakan kekuatan bagi kita utk mencapai tujuan itu.

Thanks for add me to be your friend.
Stay in touch.

Friends

Thursday, May 13, 2010

TIPS - MENGENAL KESEMBUHAN ILAHI YANG SEJATI



TIPS - MENGENAL KESEMBUHAN ILAHI YANG SEJATI

Fenomena Kesembuhan Ilahi

Menarik, kebaktian yang diisi acara kesembuhan mukjizat selalu digandrungi lebih daripada kebaktian biasa. Ini tentunya disebabkan orang ingin bukan hanya saja sekedar mengikuti kebaktian, tetapi juga ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri mukjizat apa yang kira–kira akan terjadi. Rasa ingin tahu yang besar, yang merupakan sifat alami manusia menjadi motivasi kuat untuk menghadiri acara tersebut. Di samping itu ada juga yang percaya dan memang ingin mengalami pertolongan Tuhan melalui acara tersebut.

Masih segar di ingatan kita, fenomena kesembuhan ilahi yang dilakukan Selvin bocah berusia 8 tahun di Meko, Sulawesi Selatan. Peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu tersebut cukup menghebohkan & menarik perhatian, bukan hanya dikalangan Kristen tapi agama lain. Banyak yang sakit dari berbagai kepercayaan datang ke Meko mengharapkan kesembuhan, meski tidak sedikit pula yang datang hanya untuk memuaskan rasa penasaran. Kesembuahn ilahi yang terjadi di Meko bukanlah yang pertama kali terjadi, karena jaman Yesus pun mukjizat kesembuhan sudah dinyatakan, bahkan mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus sangat spektakuler. Kesembuhan ilahi massal dipraktekkan KKR di Amerika Serikat sejak tahun 1940-an, dan bersama gerakan Full Gospel Business Men’s Fellowship kemudian merupakan persemaian Kharismatik pada awal tahun 1960-an.

Akhirnya, gereja–gereja tertentu mulai melirik acara ini untuk dimunculkan dalam ibadah rutin mereka, jadi bukan hanya menunggu pada acara–acara khusus seperti KKR misalnya. Tentu saja ini menjadi daya tarik tersendiri bagi jemaat maupun simpatisan untuk menghadiri acara tersebut.

Ada kekhawatir di beberapa pemimpin gereja, kalau-kalau jemaat menjadi bosan dengan acara yang “itu–itu saja,” Jadi perlu diupayakan unsur “heboh, tegang dan mengejutkan” dengan mengagendakan acara kesembuhan mukjizat. Dan lebih dari itu, sebisa mungkin, mereka akan berupaya untuk menyedot jemaat lain untuk memenuhi ruang gerejanya. Dengan dengan lagak pilon, mereka menampik dipersalahkan.

Pada acara kesembuhan mukjizat tersebut, diupayakan sebisa mungkin selalu ada yang memberikan kesaksian. Dengan mengklaim demi kemuliaan nama Tuhan, bila diamati lebih cermat, ujung-ujungnya diarahkan kepada promosii acara tersebut dan pegiat yang terlibat. Paling tidak aacra tersebut bisa dijadikan legitimasi, bahwa Tuhan “hadir” dan berkenan pada acara tersebut.

Penekanan kembali kuasa Tuhan yang menyembuhkan memang merupakan inovasi identitas gereja di tengah-tengah kelesuan gereja mapan yang nyaris tidak pernah memeberi “bukti’ kehadiran dan kuasa Tuhan. Dan yang jelas, kesembuhan mujizat mampu menjawab kebutuhan jemaat. Jangankan Tuhan, Ponari saja laku keras. Sayangnya, praktik pelayanan kesembuhan mujizat belakangan ini sarat kepentingan pribadi. Lihat saja spanduk-spanduk KKR kesembuhan ilahi yang menyisipkan kalimat-kalimat seolah berusaha menarik orang tergiur menghadirinya. Tidak bedanya dengan bahasa-bahasa iklan lainnya. Spanduk besar dan baliho adalah investasi yang tidak boleh hanya berbalik sampai pada modal dasar alias BEP (break event point)

Seperti yang pernah diungkapkan Charles Colson, di abad ini iman sudah menjadi semacam komoditi, gereja berperan sebagi retail outlet-nya, yang memprihatinkan adalah tujuannya, yakni memanjakan jemaat dengan produk-produk pelayanan “spiritual” murah meriah. Nilai-nilai iman, kesetiaan, kesalehan sudah semakin kabur alias tak jelas. Gereja tak ubahnya seperti penjaja “mujizat” yang tak beda dengan karakter di luar gereja. Ujungnya akan berdampak krisis identitas gereja, di mana gereja tidak berperan sebagaimana panggilannya, yaitu memproklamirkan Yesus sebagai Tuhan, bukan hanya sebagai Juruselamat. Hal ini tampak dari berbagai ajaran dan penyikapan, bagaimana orang bisa memperbudak Tuhan.

Dampak lain akan muncul manakala para dukun sudah tak lagi berbusana angker, hitam lusuh, berbau kemenyan dan komat kamit ngiomong tak karuan. Mereka tak hanya berganti busana dan aksesori, tapi juga namanya berubah jadi paranormat, indigo, ilusionis, mentalis dll. Umat pun menjadi kehilangan kompas, tak tahu arah, tak tahu mentukan mana benar mana salah. Karakterisitik okultisme telah berbaur dengan acara atas nama Tuhan.

Bahaya lain, kalau jemaat tidak mengritisii praktik kesembuhan mukjizat yang beredar akhr-akhir ini, iblis pasti meluluh-lantakkan orang Kristen., bagaimana mungkin, karunia besar yang semestinya Tuhan maksudnya untuk menjadi “sekedar tanda” kehadiran-Nya, berubah menjadi tujuan utama. Orang lebih berfokus pada manusia ketimbang Tuhan sendiri yang adalah sumber kesembuhan. Celakanya lagi, orang akan cenderung mengkultuskan “alat Tuhan” baik manusianya, maupun benda-benda tertentu yang dianggap bisa menyembuhkan. Iman tidak diletakkan lagi pada fondasi yang benar yaitu Firman Tuhan, tapi pada ajaran manusia. Ujungnya, iman pun akan kandas.

Ingat, setan juga bisa membuat ‘mukjizat’, bisa juga bikin kesembuhan spektakular (meski setan melakukannya selalu take it for granted). Bukankah iblis selalu berusaha meniru apa yang Tuhan lakukan? So, jika tujuan iman kita fokuskan pada mukjizat, salah satunya mukjizat kesembuhan, bukankah akan sangat mudah nantinya kita terkecoh atau tertipu?

Jadi waspadalah dengan memperhatikan tips di bawah ini:

· Kenalilah apa yang dia (pelayan penyembuhan) ajarkan. Apakah pengajarannya Alkitabiah?

· Kalau dia bernubuat, apakah itu tergenapi? Kalau tidak dia pembohong alias nabi palsu. Dan sekalipun dia nabi palsu, dia bisa melakukan mukjizat (Mat. 24:24; 2Kor. 11:14; 2Tes. 2:9)

· Jangan mengukur kebenarannya dengan sembuh atau tidaknya si sakit. Pengajar sesat bisa menyembuhkan; sebaliknya ada kalanya nabi Tuhan tidak Tuhan pakai untuk menyembuhkan.

· Ingatlah bahwa siapa pun dan apa pun hanyalah alat di tangan Tuhan. Tuhanlah yang menyembuhkan. Sebab itu, jangan berfokus pada alat itu. Jika seorang “hamba Tuhan” secara terselip ingin menonjolkan diri atau diakui sebagai penyembuhnya, dia adalah nabi sesat. Ingat hanya Yesus Kristus–lah satu-satunya perantara (imam) kita kepada Bapa.

· Kesembuhan illahi yang dicatat dalam Alkitabi bersifat spontan dan permanen. Artinya bukan setelah meninggalkan acara KKR lalu kambuh lagi.

· Kesembuhan illahi yang dicatat dalam Alkitab adalah untuk penyakit-penyakit yang tak bisa disembuh pada zamannya. Contoh: lepra, ayan, buta, lumpuh bertahun-tahun, kanker, pendarahan 12 tahun, dirasuk setan, telinga yang terpotong, dan bahkan mati.

· Kesembuhan illahi bisa diuji dan terbukti secara medis, bahwa si sakit betul-betul sembuh. Jadi bukan sekedar merasa sembuh.

· Penderitaan si sakit sudah diketahui orang banyak, bahkan jadi pergunjingan.

· Tidak ada promosi; bahkan Tuhan Yesus melarang orang yang disembuhkan bercerita kepada orang lain. Tuhan Yesus tidak pernah mempublikasikan karya mukjizat-Nya untuk membuat berita heboh, atau untuk menggalang dana (Mat. 8:1-4; 9:27-31), Segala pujian dan kemuliaan hanya bagi nama Tuhan.

· Ketika melakukan karya mujizat, Tuhan Yesus bukan hanya mengandalkan iman, tetapi kuasa Allah. Hanya 1 dari 31 kasus Dia meminta orang untuk beriman (Mat. 9:27-30). Bahkan di beberapa kasus si sakit sama sekali tak punya iman (Luk. 7:11-17; Yoh. 5:2-13). Bandingkan dengan praktik penyembuhan mukjizat baik di dalam maupun luar gereja masa kini. Nabi palsu akan mengandalkan kekuatan pikiran (positif thinking dll- yang sebenarnya bukan iman), nama Tuha hanya sebagai lips service.

· Ajar & didiklah diri kita untuk mencintai Tuhan lebih dari segalanya, termasuk mukjizat! Ingatlah keselamatan adalah mutlak & kesembuhan adalah bonus. Dan orang bisa saja disembuhkan tetapi kehilangan hidup yang kekal atau sebaliknya tetap memiliki hidup kekal sekalipun sewaktu hidup di dunia dia menderita sakit. Pilih mana?

Gereja Yang Tidak Sehat, Gereja yang tidak bertumbuh & tidak berdampak


Lampu Merah dalam.....

"Gereja Yang Tidak Sehat, Gereja yang tidak bertumbuh & tidak berdampak"

Jemaat yang sehat adalah pokok penting dalam gereja masa kini, bukan sekedar jemaat bertumbuh. Kalau kita hanya berfokus pada pertumbuhan gereja, kita akan kehilangan arah yang sebenarnya, sebab bila jemaat sehat, ia akan bertumbuh, sesuai cara Allah. Pertumbuhan gereja adalah otoritas Tuhan. (Efesus 4:16, Kolose 2:1-9, 1 Korintus 3:6-7). Dan karena jemaat adalah anak-anakNya Tuhan, dengan sendirinya Tuhan menjamin jemaat bertumbuh, menjadi dewasa yaitu dengan caraNya yang dapat kita pelajari dari FirmanNya.

Alkitab menegaskan pertumbuhan jemaat adalah proses yang multikomplek dari bayi menjadi dewasa, yang meliputi dimensi penginjilan, pemuridan, pemberdayaan (empowering), pemulihan karakter, dan lainnya, sampai puncaknya adalah kesempurnaan.

DAPATKAH TUBUH KRISTUS SAKIT?

Alkitab menyebut gereja adalah "Tubuh Kristus" (Efesus 1:22-23). Sepanjang kita ketahui dari Alkitab, bahwa Yesus Kristus tidak pernah sakit ketika berada di

bumi. Sebaliknya Ia menyembuhkan berbagai penyakit. Namun tak dapat disangkal "Tubuh Kristus" yang sekarang di dunia, yaitu gereja, tidak bebas baik dari dosa, maupun dari penyakit. Bukan berarti kalau kita sudah menjadi anak Tuhan kita kebal dari dosa dan penyakit.

Kita juga memahami bahwa gereja mempunyai musuh di bumi ini yaitu si iblis. Setan terus berupaya menggagalkan rencana Tuhan bagi gerejaNya dengan siasat-siasat yang melemahkan gereja melalui dosa, penyakit dan berbagai bencana dan krisis.

Rick Warren dalam bukunya berjudul "The Purpose Driven Church" menulis: "Allah menghendaki gerejaNya bertumbuh. Kalau jemaat anda sehat secara murni, anda tidak usah kuatir tentang pertumbuhannya".

Peter Wagner, seorang profesor pakar peneliti pertumbuhan gereja menulis dalam bukunya: The Healthy Church" demikian: "Adalah alamiah untuk mengandaikan bahwa gereja-gereja dapat menjadi salah satunya: sakit atau sehat, dan bahwa kesehatannya akan berpengaruh pada pertumbuhannya".

EMPAT SINDROM (PENYAKIT) GEREJA YANG MENGHAMBAT PERTUMBUHAN

Saya hanya ingin menguraikan beberapa sindrom jemaat dari banyak sindrom yang dapat ditemui didalam Alkitab. Saya membatasi hanya pada empat gereja perjanjian baru karena asumsi saya penyakit-penyakit ini sedang melanda gereja-gereja yang akan memasuki abad ke 21.

Empat penyakit ini dikategorikan sebagai:

1. Sindrom Jemaat Korintus

Penyakit gereja Korintus ini saya berikan nama "Mentalitas Persaingan" (I Kor 3: 1-6). Menjamur roh "golonganisme"roh "individualisme", yang melahirkan dosa-dosa iri hati, kecemburuan dan
perkelahian.

Pertumbuhan gereja menjadi salah arah, tidak kemuliaan Tuhan,tetapi kebanggaan gereja atau pribadi. Bahkan gereja yang sangat otonom dalam suatu organisasi , alias "gereja dalam gereja". Sindrom ini jelas menjadi kendala bagi gereja untuk bertumbuh menurut cara Allah.
Sehingga tidak heran banyak anggota gereja "jalan-jalan" dari suatu gereja ke
gereja yang lain. Penyakit ini Paulus menyebutnya sebagai manusia duniawi, sifat anak-anak. Jemaat Korintus mungkin bertumbuh tapi minus persatuan. Pertumbuhan yang rapuh.

2. Sindrom Jemaat Galatia

Penyakit jemaat ini dapat kita baca dalam Galatia pasal 3 s/d 5 dinamakan "Penyakit Peraturan dan Tradisi".Gereja Galatia
sudah mengenal keselamatan oleh iman, oleh anugerah, tetapi kemudian merasa
injil saja tidak pas, iman masih harus plus dan kasih karunia perlu dibantu oleh amal manusia oleh Torat. Sindrom peraturan ini bercirikan "tidak konsisten pada Injil" atau dengan kalimat tajam Paulus mengatakan: "mulai dengan Roh mengakhiri dengan daging"(Galatia 3:3, 4:29, 5:19-20). Gereja acapkali membuat banyak peraturan atau tradisi ketat yang diluar Alkitab atau bahkan tidak Alkitabiah. Peraturan gereja dan disiplin gereja sangat diperlukan agar ada ketertiban dalam gereja, namun tidak boleh bertentangan dengan Firman Tuhan.

3. Sindrom Jemaat Efesus

Bahwa gereja di Efesus memiliki penyakit parah sebenarnya merupakan tanda tanya besar, karena Wahyu 2:1-3 lebih dulu memuji jemaat Efesus sebagai gereja yang sangat aktif, rajin, bekerja keras buat Tuhan, setia, konsisten pada pengajaran yang benar, menderita, berjuang tanpa lelah. Luarbiasa! Jemaat yang layak diacungkan jempol. Akan tetapi Wahyu 2:4 mencatat kecaman sangat keras pada jemaat Efesus dengan ancaman "dicabut" statusnya sebagai gereja Tuhan (Wahyu 2:5), jikalau tidak bertobat. apakah gerangan kesalahan atau penyakit jemaat Efesus yang "luar biasa aktif" ini sampai ia digolongkan sebagai gereja yang jatuh sangat dalam..? Efesus kena sindroma akut bukan kehilangan darah putih atau ginjalnya tidak berfungsi lagi, melainkan kehilangan "kasih pertama". Kalau gereja tidak memiliki kasih dalam gerakan pelayanannya, ibadahnya, persekutuannya, kesaksiannya, gereja itu sudah jatuh dalam. Saya namakan penyakit Efesus ini"Koroner Spiritual". Hati-hati pada penyakit jantung rohani. Walaupun anda kelihatan sehat, tapi kalau jantung kena serangan berbahaya.
Jangan kehilangan kasih semula! Efesus bertumbuh, namun minus kasih. Kasih adalah karakter utama Kristiani (Galatia 5:22). Kasih unsur utama dalam persatuan dan kesempurnaan gereja (Kolose 3:14).

4. Sindrom Jemaat Laodikia

Ini penyakit terparah dalam gereja. Suatu komplikasi penyakit-penyakit yang sangat memerlukan belas kasihan Tuhan karena memang dibenci oleh Tuhan. Dapat kita baca dalam Wahyu 3:14:19. Penyakitnya terdiri dari 3 jenis:

· MISKIN juga dengan 3 stadium: Melarat, Malang, Miskin.

· BUTA.

· TELANJANG.

Gereja Laodikia diberi gelar gereja suam dan sangsinya sudah digariskan: Jemaat ini diludahkan, dimuntahkan atau dibuang keluar. Celakanya, jemaat ini tidak sadar mereka miskin, buta dan telanjang, malahan mereka bangga "sangat diberkati, semua ada tidak kurang apapun". Mereka merasa "diberkati keuangan dan properti", mereka menganggap "Teologi mereka paling hebat, pengajarannya paling
dalam, kebaktiannya paling dibanjiri massa, pendetanya paling diberkati". Inilah yang bersindrom "mentalitas berkat, mentalitas sukses dan mentalitas diri besar", padahal sebenarnya jemaat Laodikia:

· Minus Kuasa - perlu emas yang teruji api, iman yang teruji penderitaan. (1Petrus 1:7).

· Minus Visi - perlu minyak urapan baru, sebab mata buta, kehilangan visi/penglihatan. (1Yohanes 2:20, Kisah 10:38).

· Minus Kebenaran - perlu pakaian kekudusan dan kebenaran Firman Allah (Yohanes
17:17). Hati-hati kalau jemaat sedang diberkati, jangan menjadi jemawa,
sebaliknya, semakin memberkati, semakin rendah hati, semakin membantu sesama (1Petrus 3:9).

· Gereja suam adalah indikator gereja akhir zaman. Namun pemulihan gereja adalah
fenomena akhir zaman, sebelum Kristus datang kembali.(Kisah 3:21).

5 TANDA PERINGATAN

Ada kisah yang membuat saya prihatin yakni suara yang berbicara ketika pada suatu malam telepon berdering, tidak asing: "Dapatkah kita berbicara sebentar? Saya benar-benar prihatin, kalau gereja kami seakan-akan menjadi suatu kultus." Sudah selama tiga tahun saya tidak mendengar dari sahabatku, Stella. Kami berdua dahulu beribadah di suatu gereja charismatic yang sama, karena karir menyebabkan saya pindah kembali ke Jakarta. Akibatnya kami tidak lagi saling berhubungan. Kini, dalam keputusasaannya, Stella menghubungi saya.

Jelas bahwa keprihatinan Stella berdasarkan pemantauannya pribadi dan bukan dari gossip jemaat. Sampai sekarang, Stella menjaga untuk tidak membicarakan pikirannya dengan siapapun. Bahkan ia malahan takut berbincang mengenai pokok ini. Stella khususnya terganggu oleh sikap rahasia kalau mengenai keuangan gereja." Kalau ada orang yang berani bertanya bagaimana uang gereja digunakan, maka gembala menuduhnya sebagai "tidak percaya´´ atau ´´tidak patuh´´, jelas Stella. Dan selama tiga tahun terakhir, ia tambahkan, khotbah-khotbah selalu berfokus pada topik mengenai tunduk kepada otoritas rohani.

"Kalau ada yang meninggalkan gereja," Stella katakan kepadaku, maka para gembala mencap dia ´pemberontak´ atau mereka katakan ´dia tersinggung´. Saya bertambah prihatin ketika Stella dengan gugup memberitahu lebih banyak ditel. "Gembala juga mengatakan kepada kami bahwa karena Allah telah membawa kami ke gereja itu, maka dia adalah bapak rohani kami, dan kami tidak pernah boleh meninggalkannya kecuali Allah memberitahukan itu kepadanya terlebih dahulu," kata Stella." Dia bahkan mengatakan kepada kami, bahwa kalau kami meninggalkan gereja itu tanpa ijin gembala, maka kami akan mudah dihancurkan oleh iblis."

Ketika pembicaraan mereka berakhir, saya sadar bahwa temanku, Stella tejebak ke dalam situasi rohani yang sangat tidak sehat. Saya mendorong temanku untuk bertemu dengan gembalanya dengan maksud memperhadapkan keprihatinannya kepadanya." kamu tidak boleh menaklukkan dirimu dan keluargamu kepada pengendalian sebegitu, Stella," nasehatku kepadanya.

Seminggu kemudian, saya berbicara dengan Stella kembali dan menemukan betapa kuat pengaruh gembalanya atas jemaatnya. Stella telah meminta maaf kepada gembala karena membicarakan dengan orang luar problemanya dengan gereja, dan ia telah berjanji bahwa ia tidak akan pernah lagi berbicara dengan saya. Sejak itu saya tidak pernah dengar lagi dari Stella.

Yang saya sampaikan di atas adalah suatu situasi yang benar terjadi dan banyak diantara kita tidak mau mengakui bahwa itu adalah hal yang tidak asing. Sebenarnya, keadaan manipulasi otoritas yang tidak sehat dihadapi oleh banyak jemaat dalam berbagai taraf yang menyedihkan, hal mana dapat mengakibatkan penyalahgunaan kerohanian yang menghancurkan kalau tidak diperbaiki. Penyalahgunaan yang sedemikian telah mengakibatkan ribuan orang kristen yang terluka dan kecewa; mereka percaya bahwa mereka telah "dihabisi" justru oleh lembaga itu yang seharusnya menolong mereka.

Jangan salah tanggap, saya menaruh kepercayaan pada gereja lokal. Jemaat setempat adalah sakral dan itu adalah sesuai pemikiran Allah. Semua orang percaya harus bersekutu dalam sebuah gereja lokal menurut Ibrani 10:24,25. Ada suatu dinamika kasih karunia Allah yang hanya didapati dalam hubungan yang konsisten dengan suatu tubuh lokal yang sehat.

Ibrani 10:24-25 (Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat).

Adalah tujuan Allah dari semula bahwa terdapat gereja lokal yang sehat, yang memberi kehidupan dan berpusat pada Kristus. Namun, oleh karena Ia memilih untuk memakai pribadi-pribadi yang rentan terhadap dan dapat berdosa untuk memimpin gerejaNya, maka selalu terdapat kemungkinan bahwa suatu jemaat lokal dapat terpedaya atau jatuh kedalam pola-pola rohani yang tidak sehat.

Jadi bagaimana kita bisa tahu bahwa gereja kita telah dipengaruhi oleh keinginan (roh) menguasai?

1. Menonjolkan Kekuasaan.

Tentunya harus diberikan tempat bagi pengajaran Alkitab mengenai otoritas rohani. Namun, kalau seorang gembala berbicara mengenai pokok ini setiap minggu, selalu mengingatkan semua orang bahwa ia yang memegang kekuasaan, maka kita dapat memastikan bahwa ada sesuatu yang sedang muncul. Dalam gereja yang tidak sehat, gembala sebenarnya mulai mengambil tempatnya Yesus dalam kehidupan kita. Dalam kasus Stella, ia diberitahu bahwa ia tidak dapat meninggalkan gerejanya dengan diberkati Allah kecuali ia telah menerima ijin dari gembala. Allah tidak akan memberkatinya.

Pemimpin rohani yang mau berkuasa memakai alasan semacam ini untuk memanipulasi umat. Kita perlu mengerti proses yang dialami suatu gereja untuk sampai pada titik tertipu ini. Oleh karena para gembala tidak ada cara untuk mengukur keberhasilan mereka kecuali melalui jumlah jiwa yang hadir, mereka bisa kecewa kalau jiwa-jiwa meninggalkan gerejanya. Kalau mereka merasa terancam, mereka bahkan dapat mengembangkan suatu doktrin untuk menghentikan jiwa-jiwa meninggalkan gerejanya.

Mereka bisa berkhotbah tentang loyalitas tanpa pamrih, dengan memakai cerita-cerita Alkitab tentang Daud dan Yonatan, atau Elisa dan Elia. Dengan memakai contoh seperti ini, sang pemimpin bahkan dapat memperoleh dasar "Alkitabiah" untuk mengendalikan juga hal-hal pribadi dari anggota jemaatnya. Seorang pemimpin yang mau menguasai bisa juga berusaha menanamkan perasaan berhutang dengan mengingatkan jemaatnya tentang apa saja yang ia telah lakukan bagi mereka. Cara berkhotbah begini mengakibatkan anggota gereja mencari kedudukan yang menguntungkan pada gembala daripada suatu keinginan yang tulus untuk menyenangkan Allah dan bukan manusia (Kis 5:29 Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia).

Yesus juga menempelak cara menyenangkan manusia seperti ini ketika Ia mengatakan kepada orang Farisi: "Aku datang dalam nama BapaKu dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu akan menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?" (Yoh. 5:43,44 Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?)

Kalau kita mengejar hormat dari manusia, kita melakukannya dengan merugikan hubungan kita dengan Dia. Berangsur-angsur manusia mengambil tempatnya Allah dalam kehidupan kita. Suatu hubungan jiwa yang tidak sehat tercipta, dan rasa percaya diri kita ditentukan oleh bagaimana hubungan kita dengan mereka yang dalam pimpinan.

Penguasaan seperti ini akan menghancurkan orang secara rohani. Sebuah gereja yang sehat tidak akan membiarkan perhatian penggembalaan yang murni melanggar batasnya dan memanipulasi atau menguasai. Seorang gembala yang benar akan menggunakan pengaruhnya untuk menarik anggota-anggota jemaat kedalam hubungan yang lebih erat dengan Yesus, yang adalah satu-satunya "kepala gereja". (Ef. 5:23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh).

Seorang gembala yang benar menyadari bahwa jiwa-jiwa dalam jemaat bukan miliknya, mereka adalah kawanan domba Allah.

2. Suasana Merahasiakan.

Apabila seorang anggota gereja menaklukkan diri kepada suatu sistem penguasaan, sang pemimpin memberi informasi terbatas kepada setiap pribadi, sambil memonitor dengan teliti setiap hubungan. Akibatnya setiap anggota hanya dapat berhubungan dengan anggota lain berdasarkan informasi yang ia terima dari pimpinan. Dengan cara begini, kalau gembala atau staff gereja berpendapat bahwa salah satu anggota mulai "berbahaya" mereka memiliki suatu siasat untuk tetap pegang kendali yang mereka rasa diperlukan.

Hasilnya, gereja dapat memutuskan hubungan apabila perlu dan menyembunyikan proses ini dibelakang tabir kerahasiaan. Hal ini tidak terbatas pada anggota jemaat. Saya kenal seorang gembala yang telah melakukannya dengan staffnya. Ketika berbincang-bincang ia memberi komentar yang mengakibatkan seorang anggota staffnya menjadi curiga terhadap yang lain. Atau ia mengatakan sesuatu yang menyebabkan salah satu anggota staff merasa lebih baik dari yang lain.

Suasana begini memberi angin kepada ambisi mementingkan diri sendiri dan persaingan antara para staff.Namun itu telah menjadi cara bagaimana gembala tetap mengendalikan dan memastikan bahwa staffnya tidak pernah dapat menantang otoritasnya. Setelah beberapa waktu, gembala pembantu memahami apa yang terjadi dan akhirnya mereka menyelesaikannya. Dalam jemaat yang tidak sehat, merahasiakan juga dapat menutupi keuangan.

Gembala-gembala dapat menghimbau dengan semangat untuk mencari dana namun mereka tidak memberi kepastian bahwa keuangan gereja ditangani dengan tanggung jawab dan jujur. Saya bahkan mendengar gembala-gembala memberitahu kepada jemaat bahwa mereka tidak mengumumkan kebijaksanaan keuangan gereja karena "jemaat tidak memiliki pengertian rohani atau kedewasaan untuk mengerti dinamika keuangan gereja." Pernahkah anda mendengar alasan seperti ini? Ada gembala yang berkhotbah: "Tidak masalah apa yang kami lakukan dengan uangmu. Tanggung jawab saudara adalah untuk memberi." Akan tetapi Alkitab menyuruh kita menjadi bendarahawan yang baik dan dalamnya termasuk memastikan sistem pertanggung-jawaban yang baik untuk menangani korban-korban persembahan. Kalau kita mengetahui bahwa ada penanganan keuangan yang tidak benar, maka sebagai bendaharawan/pelayan yang baik kita harus bertanggung jawab dimana kita menabur benih keuangan kita.

Saya tidak dapat membayangkan orang yang akan terus memberi setelah mengetahui bahwa ada penyalah gunaan keuangan. Namun mungkin mereka masih merasa didorong untuk memberi kalau keinginan mereka untuk diperkenan oleh pimpinan lebih penting daripada kejujuran dalam keuangan.

3. Sikap Elitis.

Sikap yang mematikan ini menghasilkan mental "siapa kamu siapa saya". Ini adalah gereja yang percaya bahwa sebenarnya tidak ada yang memberitakan injil kecuali mereka. Atau paling sedikit, tidak ada yang memberitakan injil sebaik seperti mereka! Sikap elite tidak mendorong anggota gerejanya untuk mengunjungi gereja lain atau menerima bimbingan dari siapapun yang tidak masuk gereja mereka. Apabila ada yang mengunjungi gereja lain, maka ia dianggap sebagai tidak sepakat." Apapun yang kau butuhkan bisa didapat dalam rangka kelompok kita. "Semua yang kau perlu tahu, kau akan terima dari gembala dan pengajarannya." Sehingga rasa hormat terhadap denominasi lain hanya sedikit saja, bahkan mungkin tidak sama sekali.

Gereja yang sehat menghormati dan merayakan ungkapan-ungkapan lain dalam Tubuh Kristus yang beranggotakan banyak. Suatu gereja yang berpusat pada Kristus menyadari bahwa tidak ada denominasi atau gerja lokal yang dapat memenangkan suatu kota seluruhnya, betapapun besarnya pemimpin yang berpusat pada Kristus, yang berpakaikan kerendahan hati, mengakui bahwa gereja yang kecil sama berarti seperti yang besar, gereja Baptis sama vitalnya seperti Kharismatik dan setiap suku bangsa mendapat tempat pada meja Tuhan.

Gereja yang sehat akan mempromosikan gereja-gereja lain di dalam kotanya, daripada hanya mempromosikan acara dan kegiatannya sendiri terus-menerus. Sebuah gereja yang sehat akan menyokong kebangunan rohani dalam semua gereja daripada memajukan pemikiran bahwa ia memiliki sesuatu dokrin yang lebih baik. Gereja yang sehat akan memperlihatkan sikap yang tertulis dalam Pilipi 2:3-4 ".. dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."

4. Mementingkan Perbuatan.

Kesempatan melayani banyak sekali dalam banyak gereja. Namun dalam gereja yang suka menguasai,kesempatan begini bukan demi melayani. Aktifitas diperlukan supaya dapat membuktikan komitmen kepada organisasi. Apakah itu merupakan hadir dengan setia dalam kebaktian atau bekerja dalam satu departemen, loyalitas adalah kuncinya.

Tentu saja menghadiri kebaktian adalah penting untuk pertumbuhan rohani kita. Namun kalau kita hadir dalam kebaktian supaya mendapat kebaikan dari gembala atau memperoleh kepercayaannya, maka kita meleset dari sasaran. (Galatia 2:16 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat).

Kita tidak dapat bekerja untuk mendapat sorga atau kasih Allah. Berita tentang kasih karunia Allah tidak membatalkan perlunya melayani, itu justru membuka "mengapanya" kita melayani. Sekalipun kita diajar untuk menjalankan disiplin tertentu dalam kehidupan Kristiani, disiplin-disiplin itu bukan jalan untuk diperkenan Allah. Itu dimaksudkan sebagai perayaan kasih dan kemurahan Allah yang tak terhingga.

5. Memotivasikan Takut.

Apabila seorang gembala mengatakan kepada jemaat bahwa mereka yang meninggalkan gerejanya atau tidak patuh kepada otoritasnya berada dalam bahaya pehukuman Allah, anda dapat memastikan bahwa orang ini bekerja dengan mau berkuasa. Ia memakai takut sebagai cara daging/manusia untuk menahan jiwa-jiwa dalam gereja. Biasanya pengungkapan seperti ini: "Kalau anda meninggalkan gereja kami, berkat Allah akan diangkat dari kehidupanmu dan kau akan keluar dari kehendak Allah. "Yang lain mengatakan, "Kalau anda meninggalkan gereja kami, maka itu adalah pemberontakan dan iblis dengan bebas dapat mengganggu kehidupanmu. "Disini motivasinya adalah ketakutan bukan kasih.

Anda dapat memastikan bahwa alasan seperti ini bukan dari Allah. Yesus tidak pernah memotivasikan orang dari sebab takut. Dalam gereja yang suka berkuasa atas umat, takut adalah bentuk manipulasi. Yang tidak tercapai oleh kasih dan sikap hamba, suatu gereja yang mau berkuasa akan berusaha mencapainya melalui manipulasi. Ini adalah sama sekali bertolak belakang dengan l Yoh.4:18, yang mengatakan, "Didalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan......".


Bagaimakah baiknya respon anda kalau gerejamu menunjukkan satu atau lebih dari ciri-ciri yang tidak sehat ini? Dibawah ada beberapa nasehat.

· Bicaralah dengan gembala saudara mengenai keprihatinanmu, sambil mengingat bahwa kalau ia memang benar dimotivasi oleh roh yang suka menguasai, anda dapat dihadapkan dengan usaha manipulasi (=mempengaruhi/mengendalikan/mengakali untuk kepentingan sendiri) selama pembicaraan. Tetaplah bersikap rendah hati daripada menjadi marah atau membela diri.

· Seorang pemimpin gereja yang suka menguasai akan menghalangi anda untuk membicarakan keprihatinanmu dengan orang lain manapun. Namun, Alkitab mengatakan bahwa: ".... jikalau penasehat banyak, keselamatan ada." (Ams. 11:14). Mintalah nasehat dari seorang pemimpin yang dewasa dan objektif dalam gereja yang lain atau seorang kristen yang dewasa. Ada kemungkinan bahwa apa yang anda lihat sebagai sikap mau menguasai sebenarnya perhatian yang tulus, jadi berdoalah agar dapat membedakannya.

· Jika sesudah anda menerima nasehat anda yakin bahwa gereja anda terperangkap roh suka menguasai, maka anda bebas untuk meninggalkannya. Anda tidak memikul tanggung jawab untuk orang lain manapun yang masih loyal kepada gereja itu, jadi jangan coba menyelamatkan mereka. Berdoalah untuk jiwa-jiwa itu agar mereka mengenali situasinya.

· Pada mulanya anda akan merasa seperti tidak mempercayai seorang gembala lain lagi, namun lawanlah pikiran itu dan cari suatu gereja yang sehat, dimana Alkitab dikhotbahkan tanpa kompromi dan dimana nyata ada kasih. Allah menyediakan gereja yang sehat bagimu. Gembala yang baik sanggup sepenuhnya untuk memimpin anda kepada rumput yang hijau (Maz.23) dimana anda dapat bertumbuh dalam Dia. Kalau saudara mengijinkan Allah memimpinmu, Ia juga akan mengurapi kepalamu dengan minyak dan menyembuhkan luka-luka dari lingkungan yang menyalahgunakan sesama.

· Terapkan Matius 16:18-19, dimana tercatat ada empat ciri-ciri gereja yang berdampak: harus kokoh maksudnya adalah memiliki pengajaran-pengajaran yang benar dan berlandaskan firman Tuhan, & menjadi saksiNya dan mengubah dunia dengan nilai-nilai kerajaan Allah.

By: Naomi Meilyna Tjahyana Hadi

Jakarta, July 16, 2009

Published to Christian Magazine "TRUTH"

S.A.B.A.R.

Alkisah pada masa Dinasti Song ada seorang petani yang tidak sabar. Ia merasa padi di sawahnya tumbuh sangat lambat. Akhirnya ia berpikir, "Jika saya menarik-narik padi itu ke atas, bukankah saya membantunya bertumbuh lebih cepat?" Lalu ia menarik-narik semua padinya. Sampai di rumah, dengan bangga ia bercerita kepada istrinya bahwa ia baru saja membantu padinya bertumbuh lebih cepat. Keesokan harinya ia pergi ke sawah dengan bersemangat, tetapi betapa kecewanya ia ketika melihat bahwa semua padi yang kemarin ditariknya ke atas sudah mati. Karena tidak sabar, "usahanya untuk membantu" malah membuatnya rugi besar.

Demikian pula dengan Saul, raja Israel. Sebelum Saul maju berperang ke Gilead melawan bangsa Filistin, Samuel sudah berpesan bahwa ia akan datang kepada Saul untuk mempersembahkan korban. Samuel meminta Saul menunggu ia datang untuk memberi instruksi (1 Samuel 10:8). Namun, Saul tidak mengindahkan perintah Samuel maupun hukum Tuhan. Ia tidak sabar menunggu Samuel. Ia lebih takut ditinggalkan rakyatnya daripada takut kepada Tuhan. Ketidaksabarannya membawa dampak yang fatal, Tuhan menolaknya sebagai raja (ayat 14).

Dalam hidup ini, kita juga acap kali tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Ketika pertolongan Tuhan rasanya tak kunjung tiba, jangan tergesa mengambil jalan. Bukannya menyelesaikan masalah, malah kerap mendatangkan masalah baru yang lebih besar! Akar ketidaksabaran adalah tidak percaya. Jika kita sungguh-sungguh percaya Allah lebih dari mampu menolong, kita akan menanti Dia dengan sabar.

DALAM HIDUP ORANG YANG SABAR SELALU ADA BANYAK KESEMPATAN UNTUK ALLAH BERKARYA.

Thursday, April 29, 2010

"Ketidakjelasan" dalam Panggilan Tuhan

"Ketidakjelasan" dalam Panggilan Tuhan

Oleh : Pdt. DR. STEPHEN TONG

Saya kira tema ini harusnya diganti, yaitu tentang bagaimana "jelasnya panggilan Tuhan". Jadi bukan tentang ketidakjelasannya, tetapi tentang jelasnya. Jelas lebih baik daripada tidak jelas, bukan? Seorang yang melayani Tuhan, kalau dia sendiri tidak jelas bahwa dia dipanggil Tuhan, Dan dia sedang mengerjakan sesuatu menurut panggilan Tuhan, tak mungkin pelayanannya menjadi kuat. Celaka sekali kalau mereka yang melayani jiwa-jiwa lain Dan seharusnya meneguhkannya, ternyata mereka sendiri berada dalam kegoncangan. Salah satu bahaya dalam gereja ialah jika para pemimpinnya sendiri masih meraba-raba, masih ragu-ragu Dan belum jelas apakah yang mereka kerjakan benar atau tidak.

Kalau saudara sendiri belum jelas, bagaimana saudara dapat memimpin orang lain? Kalau saudara sendiri berada dalam kegelapan, bagaimana saudara dapat mengeluarkan orang lain dari kegelapan masuk ke dalam terang? Kalau saudara tidak mempunyai suatu keyakinan yang teguh, bagaimana saudara bisa meneguhkan orang lain? Itu tidak mungkin.

Di dalam Kristus Kita tidak pernah melihat kepemimpinan-Nya dipenuhi keraguan. Di dalam Kristus Ada suatu keyakinan yang dalam, yang sangat mutlak, akan panggilan Allah yang jelas. Demikian juga di dalam Paulus. Musa Dan semua pejuang Kerajaan Allah, termasuk nabi-nabi dalam Perjanjian Lama Dan rasul-rasul dalam Perjanjian Baru. Mereka semua mempunyai keyakinan yang jelas, teguh Dan kuat tentang panggilan Tuhan kepada mereka.

Untuk sampai pada kejelasan panggilan Tuhan itu, mungkin mereka pernah mengalami pergumulan yang lama Dan menyakitkan, tetapi Ada satu hal yang tidak mungkin tidak Ada, yaitu mereka betul-betul mau tahu kehendak Allah Dan rela menjalankannya. Ini suatu rahasia yang Kita mungkin tahu atau tidak mungkin tahu, yang Kita bisa tahu atau tidak bisa tahu. Kalau Kita bisa tahu adalah karena Kita mau betul-betul menaklukkan diri untuk menjalankan kehendak Allah. Saya kira kemauan ini bukan saja faktor yang paling dasar, tetapi faktor yang paling penting.

Dari seluruh Kitab Suci Kita melihat suatu gambaran, bahwa Allah tidak mau menyatakan kehendak-Nya kepada mereka yang tidak mau menjalankannya. Dari sini nyata bahwa kemauan untuk tahu ini merupakan suatu reaksi, suatu respon yang wajar dari seorang anak Tuhan terhadap kedaulatan Allah. Maksudnya, sebelum engkau mencapai titik ini, Saudara mungkin mempunyai motivasi lain. Tetapi kemudian Roh Kudus menormalkan kemauan Saudara, yaitu yang tadinya bengkok sedikit, kurang benar, sekarang fungsi Dan arahnya dibetulkan. Sesudah Roh Kudus membetulkan kemauan Saudara yang senantiasa menyeleweng Dan kurang mampu untuk menaati Tuhan, barulah Saudara bisa mengatakan "ya" kepada Allah.

Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat. Kalau Tuhan tidak berdaulat, Tuhan bukan Tuhan. Kalau Tuhan berdaulat maka biarlah Kita yang menyebut Dia "Tuhan" menaklukkan diri Kita kepada kedaulatan-Nya. Dan Kita mengatakan "mau taat", bukan hanya sebagai suatu ide Dan berhenti di situ, tetapi harus langsung mempraktekkanya. Banyak orang menulis dalam formulir panggilan: "Saya mau menjadi hamba Tuhan." Dalam hal ini Ada dua macam orang. Yang semacam ialah orang yang hanya menulis konsep "saya mau", tetapi bukan mau yang sesungguhnya. Dia hanya menyampaikan konsepnya; kemauan itu mungkin akan diwujudkan, tetapi tidak secara langsung, tidak dipraktekkan dengan sesungguhnya. Itu berbahaya sekali. Orang seperti itu lambat-laun jadi mengabaikan panggilan Tuhan. Nah, kalau mengabaikan panggilan Tuhan yang rugi bukan Tuhan. Akibatnya adalah IA sendiri menjadi kebal Dan tidak lagi peka terhadap suara Tuhan. Jadi pada waktu engkau memberi respon kepada Allah, itu merupakan salah satu momen yang paling serius dalam hidupmu. Saat Kita berkata "ya" atau "tidak" kepada Allah adalah saat yang begitu serius Dan penting, sehingga menentukan arah hidup Kita selanjutnya.

Saya kira para peserta seminar sehari ini adalah orang-orang yang pernah mengatakan, "Saya mau melayani Tuhan." Jadi konsep kemauan itu sudah Ada, sekarang Saudara mungkin terjepit di tengah-tengah, konsep itu mau dipraktekkan sulit, tapi kalau salah bagaimana. Supaya tidak salah lebih baik hati-hati, perlu mendengar lebih banyak, sehingga keyakinan itu mempunyai dasar yang kuat. Nah, ini bagus.

Kita kembali ke kalimat tadi: Allah tidak rela menyatakan kehendak-Nya kepada orang-orang yang tidak mau mengetahui Dan menjalankan kehendak-Nya. Prinsip yang paling penting dalam mengerti dengan jelas panggilan serta kehendak Allah, adalah kemauan untuk menjalankannya. The Will of man to do the will of God. Kemauan manusia untuk menjalankan kemauan Allah. Ini menjadi faktor yang menentukan.

Yohanes 7:17 mengatakan, "Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, IA akan tahu entah ajaranKu ini berasal dari Allah, entah Aku berkata- kata dari diriKu sendiri." Di dalam kalimat ini terkandung suatu prinsip yang sangat penting mengenai tiga hal: kemauan, pengetahuan, Dan kelakuan. Saya lakukan dulu baru tahu, atau tahu dulu baru lakukan? Ini selalu menjadi debat Dan diskusi dalam filsafat. Khususnya dalam filsafat Tionghoa Ada dua aliran. Yang satu mengatakan, jalan lebih gampang daripada tahu: yang satu lagi mengatakan, tidak, tahu lebih gampang daripada jalan. Filsafat Barat sangat mementingkan teori. Filsafat Timur mementingkan praktek. Orang Timur kebanyakan tidak belajar musik tetapi menjadi bintang nyanyi TV. Orang Barat sudah belajar mati-matian tidak jadi bintang. Teorinya tahu semua, prakteknya kurang. Orang Timur mementingkan pragmatisme secara tidak sadar. Jalankan dulu, nanti tahu sendiri. Kalau Barat, belajar dulu semua teori, semua prinsipnya sudah dikuasai, baru dijalankan.

Kita melihat di sini, kedua kebudayaan manusia mempunyai dua kutub, jalan dulu baru tahu atau tahu dulu baru jalan. Teori dulu baru praktek atau praktek dulu baru tahu. Kedua-duanya disingkirkan oleh Tuhan Yesus dengan prinsip Kitab Suci yang lebih tinggi. Ayat di atas adalah ayat yang sederhana, tetapi bagi saya ini sekaligus mengikat dua macam kebudayaan di dunia, yaitu bukan jalan dulu baru tahu atau tahu dulu baru jalan, melainkan mau jalan dulu baru bisa tahu apakah itu benar atau tidak. Jadi kemauan mendahalui pengetahuan dan kelakuan. Ini adalah prinsip Kristen, prinsip Alkitab dan prinsip yang disimpulkan dari ajaran Yesus Kristus yang jauh lebih tinggi daripada kebijaksanaan kebudayaan, baik dalam agama maupun dalam filsafat.

Saudara, barangsiapa mau melakukan (ini faktor penentu), maka dia akan tahu. Saya harap kita yang mau jelas bagaimana Tuhan membimbing kita, kembali kepada Alkitab terlebih dahulu. Dengan faktor penentu yang kita pegang sebagai prinsip yang penting, tidak mungkin tidak diberkati "Tuhan, di sini aku, aku bersedia. Aku mau melakukan." Lalu Tuhan memberitahu. Engkau akan tahu apakah yang diajarkan oleh Yesus benar atau tidak. Tahu apakah yang menjadi panggilan khusus untuk dirimu, kalau engkau mau menjalankan. Bila dirumuskan dengan kalimat yang lebih gampang: Penyerahan adalah langkah utama untuk mengenali dan melakukan pimpinan Tuhan. Penyerahan, dedication.

Sekarang saya mau menggabungkan beberapa istilah dalam salah satu kategori, yaitu penyerahan, iman, taat dan kerohanian. Aspek-aspek ini tergolong dalam kategori yang saya sebut sebagai "meletakkan kebebasan diri di bawah kedaulatan Allah". Apa itu iman? Iman berarti meletakkan kebebasan Saudara di hadapan kedaulatan Allah. Iman berarti menyerahkan pikiran Saudara di bawah Firman Allah. Apa itu rohani? Rohani berarti orang rela menyerahkan diri di bawah pimpinan Tuhan. Jadi istilah dedikasi, iman, ketaatan, kehormatan itu adalah sama, yaitu mengakui keTuhanan Tuhan.

Dari Yohanes 7:17 dapat disimpulkan suatu kepastian, bahwa manusia bisa mengetahui dengan jelas kehendak Allah. Tetapi saya ingin bertanya, sampai di manakah kepastian kita bahwa kita mengetahui kehendak Allah? Ada atau tidak, orang yang kurang jelas tentang kehendak Allah tetapi sedang berjalan di dalam kehendak-Nya? Adakah orang yang katanya jelas tentang kehendak Allah tetapi yang dikerjakannya melawan kehendak Allah? Ada!

Saya minta Saudara perhatikan, jangan terlalu gampang percaya kepada mereka yang selalu mengatakan dirinya sudah jelas mengetahui kehendak Tuhan. Orang yang terus menyebut dengan mulutnya. "Saya jelas tentang kehendak Tuhan", malah sering tidak terlalu jelas. Orang yang betul- betul mau menjalankan kehendak Tuhan tidak sembarangan menyebut istilah ini. Karena istilah ini terlalu besar, suatu istilah yang begitu berat, sehingga orang yang takut akan Tuhan tidak sembarang menyebut nama Tuhan dan kehendak-Nya. Setiap kali Alkitab menyebut kehendak Allah, itu sangat serius, tidak main-main ketika kita menyinggung tentang kehendak Allah.

Calvin berkata, "Tidak ada apa pun yang lebih besar daripada kehendak Allah kecuali Allah sendiri." Kalimat ini mengingatkan kita kembali bahwa kehendak Allah begitu terhormat, begitu agung, begitu serius, sehingga kita harus hati-hati ketika kita menjelajah ke dalam wilayah kehendak Allah.

Apa yang terjadi pada orang yang terus berbicara tentang kehendak Allah tetapi jauh dari kehendak-Nya? Apa yang terjadi pada mereka yang tidak jelas akan kehendak Allah tetapi sedang berjalan dalam kehendak-Nya? Ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu faktor takut kepada Tuhan, faktor percaya, dan betul-betul sadar dan peka bahwa Allah lebih besar daripada perasaan hatimu sendiri. Kita membaca 1Yohanes 3:19-22, "Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika dituduh olehnya (Oleh siapa? Oleh hati kita sendiri!) Allah adalah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu". Saudara-saudaraku yang kekasih, jika hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.

Kata-kata sesudah kata "karena" berarti itu adalah suatu dasar. Kalau kita sudah menjalankan perintah-Nya, kalau kita sudah menaati apa yang diminta Tuhan, maka biarlah hati kita selalu tenang dan mendapat damai sejahtera (Kolose 3:15). Jadi kalau hati kita menegur, jangan kerjakan. Kalau hati kita tidak menegur, kita tenang saja, kita boleh datang kepada Tuhan dengan berani. Apakah itu lalu berarti, hati dan perasaan kita menjadi faktor penentu untuk kita berani mengerjakan sesuatu atau tidak? Saudara, kalimat yang paling penting di sini adalah: Ketahuilah bahwa Allah lebih besar daripada hati.

Nah, kalau orang mengatakan "Saya tahu ini kehendak Tuhan karena hati saya tidak menegur", orang itu tetap mungkin berada dalam bahaya besar, karena dia belum menetapkan sikap bahwa Allah lebih besar daripada hati. Dan inilah yang terjadi pada kasus tadi, orang mengatakan ini kehendak Tuhan tetapi dia menyeleweng jauh dari kehendak Tuhan.

Sedangkan orang yang betul-betul mau menjalankan kehendak Tuhan tetapi kurang jelas apakah itu kehendak Tuhan atau tidak, berarti dia sudah merasa Allah lebih tinggi daripada hati, tetapi hatinya masih belum teguh, karena ia kurang mahir dalam pergaulan dan kurang komunikasi dengan Allah.

Prinsip mengetahui kehendak Tuhan

Sekarang secara singkat kita memikirkan beberapa prinsip bagaimana mengetahui kehendak Tuhan.

1. Mengetahui kehendak Tuhan karena Alkitab menulisnya. Ini hal yang penting. Segala sesuatu yang bersangkut-paut dengan kehendak Tuhan, tidak mungkin melawan prinsip Kitab Suci, tidak mungkin melawan catatan-catatan yang mengandung prinsip Kitab Suci.

2. Hal-hal yang bersangkut-paut dengan kehendak Tuhan, jika tidak dicatat dalam Kitab Suci: pasti tidak melawan prinsip-prinsip etika dasar yang sudah diberikan Kitab Suci. Contohnya, jika Kitab Suci tidak menyebut apakah sesuatu diperbolehkan atau tidak, bagaimana saya tahu? Misalnya, apakah Kitab Suci pernah mengatakan, ‘Jangan berjudi"? Nah, prinsip dasar Kitab Suci mengenai etika Kristen mengandung tiga prinsip besar:

    1. Memuliakan Allah;
    2. Memberi faedah atau membangun iman orang lain;
    3. Tidak ada ikatan dosa.

Ketiga prinsip ini didasarkan pada tulisan Paulus, "Segala sesuatu diperbolehkan". Saya boleh mengerjakan segala sesuatu, tetapi waktu saya mengerjakan itu, prinsip pertama ialah, saya memuliakan Allah atau tidak. Kedua, saya boleh mengerjakan segala sesuatu karena saya sudah dibebaskan oleh Yesus Kristus. Tetapi di dalam saya mengerjakan segala sesuatu itu apakah saya membangun iman orang lain atau tidak. Ketiga, saya boleh mengerjakan segala sesuatu dan di dalam mengerjakannya saya betul-betul tidak ada ikatan dosa, ataukah ada.

Selain tiga prinsip yang besar ini masih ada tiga lingkaran, yaitu kerjakan segala sesuatu di dalam lingkaran motivasi kasih, lingkaran ikatan kebenaran dan lingkaran prinsip keadilan. Tiga prinsip dasar dan tiga lingkaran ini membantu kita untuk tidak berjalan di luar kehendak Allah.

3. Kalau kehendak Tuhan ini bersangkut-paut dengan orang lain, maka saya harus jelas bahwa orang yang bersangkutan juga dipimpin oleh Tuhan dengan jelas. Itu akan memastikan bahwa saya sedang berjalan di dalam kehendak Tuhan. Misalnya, seseorang yang menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan, betul-betul mau mencintai Tuhan dan mau mengabarkan Injil, berniat untuk menikah. Dia ingin jelas tentang pimpinan Tuhan dalam pernikahan ini. Tidak bisa dia memaksa orang lain untuk menikah dengan dia, sekalipun ia merasa dirinya sudah berjalan dalam kehendak Tuhan. Pernikahan bukan persoalan satu orang, melainkan persoalan dua pihak. Maka pihak lain pun harus merasa dipimpin oleh Tuhan. Ini sangat penting. Khusus hari ini saya menyinggung tentang pernikahan, karena banyak orang dipanggil dan menyatakan mau melayani Tuhan, namun akhirnya tidak jadi sebab telah mempunyai jodoh yang tidak bisa dilepas dan tidak mau mengikut, sehingga panggilan Tuhan dalam dirinya seolah-olah gagal. Ini sering terjadi.

Jadi untuk mengetahui kehendak Tuhan, yang bersangkut-paut itu harus ikut ambil bagian, harus saling menghormati. Tidak tentu seorang lulusan teologi harus menikah dengan seorang lulusan teologi juga. Mengapa? Karena yang paling penting adalah dua- duanya tahu bahwa mereka menikah untuk menjalankan satu tugas, satu panggilan, dan mereka rela menaati panggilan itu.

Kadang-kadang pimpinan Tuhan kepada pasangan kita tidak dinyatakan pada waktu yang bersamaan dengan kita. Karena itu kita harus sabar. C.T. Studd, salah seorang misionaris yang teragung dalam sejarah, yang mendirikan World Evangelization Crusade (WEC), sebelum menikah berkata kepada seorang wanita Kristen (waktu itu belum menjadi istrinya), "Aku tahu kehendak Tuhan, aku mau menikah dengan engkau. Engkau berdoa baik-baik, pasti engkau segera diberitahu oleh Tuhan. "Waktu wanita itu menerima surat tersebut, dia mulai berdoa sungguh-sungguh. Lalu Tuhan memberi dia kesadaran bahwa dia dipimpin oleh Tuhan untuk menikah dengan C.T. Studd.

Di sini kita melihat, prinsip "waktunya tidak bersamaan" itu tetap diambil dari Alkitab. Alkitab menyatakan, kita mengasihi Allah karena Allah mengasihi kita lebih dahulu. Maka ada sepihak yang lebih dulu dan ada sepihak lagi yang belakangan. Dengan demikian perbedaan waktu tidak menjadi soal selama kedua pihak sama- sama menjalankan kehendak Tuhan. Tetapi ingat, entah waktunya sama atau tidak sama, yang bersangkutan harus mempunyai pimpinan Tuhan yang jelas.

4. Sejahtera Kristus harus memerintah dalam hati seseorang. Point keempat ini bersangkut-paut dengan yang tadi kita katakan sebagai faktor penentu. Faktor penentu yaitu Allah tidak mau menyatakan kehendak-Nya pada mereka yang tidak mau menjalankan kehendak-Nya. Ini terambil dari Kolose 3:15, "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh." Apakah yang diartikan dengan pemerintahan damai sejahtera? Itu berarti bahwa damai yang berasal dari Kristus sedang memimpin, mengontrol dan memerintah dalam hatimu. Pemerintahan damai sejahtera berarti Tuhan memberikan semacam kestabilan rohani agar kita tidak ragu-ragu.

Jika engkau mengerjakan sesuatu dan seluruh dunia setuju, belum tentu itu kehendak Allah. Tetapi jika engkau mengerjakan sesuatu, disetujui orang lain, dan hatimu diperintah oleh damai Yesus Kristus, itu bagus, bukan? Sedangkan kalau terjadi kasus yang yang terbalik, dalam hatimu ada damai Kristus tetapi kau tidak disetujui orang lain, engkau lebih berani, kerjakan! Daripada engkau disetujui banyak orang tetapi tidak ada pemerintahan damai sejahtera Kristus.

Saya tidak mau mengekstrimkan kasus pertama dan ketiga ini, sehingga menimbulkan efek sampingan yang tidak perlu. Maksudnya, kalau engkau menganggap asal semua setuju berarti itu kehendak Allah, ini bahaya. Tetapi kalau engkau menganggap asal damai saja hatinya, orang semua tidak setuju, tidak apa, jalankan saja, itu juga bahaya. Kalau engkau mengatakan, "Hatiku damai, kok!" jangan lupa prinsip mengaitkan dengan faktor penentu, jangan lupa bahwa Allah lebih besar daripada hati kita. Kembali kepada tadi. Hatimu begitu taat kepada kedaulatan-Nya, sehingga yang disebut ada damai sejahtera Kristus di dalam hati, bukan hanya suatu bayang-bayang, melainkan suatu fakta melalui ketaatan yang sejati tadi.

5. Sesudah engkau mempunyai keempat hal di atas, tetapi masih kurang jelas juga, maka faktor kelima sekarang muncul, yaitu jangan lupa berkonsultasi dengan orang yang rohani, yang sungguh-sungguh cinta Tuhan dan rela mengerti sesama. Saya kira point ini penting sekali.

Kadang-kadang dalam pelayanan kita, ada banyak orang tidak setuju dengan tindakan kita. Nah, kalau ini terjadi pada Stephen Tong, bagaimana? Saya tenang dan berdoa di hadapan Tuhan, sesudah itu saya bertanya, orang yang menentang saya itu mencintai Tuhan atau tidak? Kalau dia betul-betul mencintai Tuhan dan motivasinya mau mengerti, bukan karena iri hati dan lain-lain, saya boleh baik- baik mengoreksi diri. Tetapi kalau orang itu tidak cinta Tuhan, tidak cinta kerajaan Allah dan tidak cinta sesama, dan bukan betul- betul mau mengerti, maka penentangnya tidak begitu berharga dalam penilaian saya.

Hal ini memerlukan kepekaan. Setiap hari kita yang mau menjalankan kehendak Tuhan harus bertekad untuk tidak mau menyeleweng, tidak mau keluar dari pimpinan itu.

Jadi itulah yang dianjurkan oleh Alkitab, berdoa bersama mereka yang hatinya suci untuk mencari keadilan, mencari damai dari Tuhan. Kalau engkau menghadapi kesulitan, carilah beberapa orang Kristen yang mahir, yang rohaninya baik, yang betul-betul mau mengerti. Mungkin nasihat mereka tidak seratus persen benar, tapi cobalah mendengarnya dan menghargainya. Kadang-kadang melalui orang yang mencintai Tuhan dan mencintai Saudara ada pengalaman-pengalaman seperti ini yang keluar dari mulutnya, yang dapat menjadi pedoman bagimu.

6. Prinsip yang ke enam: kalau masih kurang jelas tetapi waktu mendesak, sedangkan engkau harus mengambil keputusan, bagaimana? Ini situasi yang sangat kritis. Bolehkah kita mengambil keputusan tanpa suatu dasar yang jelas mutlak? Saudara-saudara, saya menjelaskan hal ini demikian. Kadang-kadang Allah memperbolehkan suatu periode kabur bagi orang yang Dia cintai. Engkau harus memberi peluang ini, kalau tidak, masih ada bahaya besar. Kadang- kadang Allah memperbolehkan orang-orang yang dicintai-Nya mengalami suatu periode yang kabur, kurang jelas. Contohnya, Abraham pernah mengalami kekurangtahuan akan kehendak dan pimpinan Tuhan, sehingga dia bertanya, mengapa Tuhan menyembunyikan kehendak-Nya kepadanya. Di dalam Alkitab Allah menyebut Abraham sebagai "sahabatKu, Abraham". Keakraban itu melebihi hubungan Allah dengan siapapun. Kalau Allah mengizinkan hal ini, apakah artinya bagi kita? Saudara, jawaban ada pada pernyataan Tuhan Yesus: akhirnya engkau akan tahu dengan jelas. Meskipun sekarang tidak begitu jelas, jalankan saja, asalkan kelima prinsip di atas sudah ditempuh. Kalau ini kehendak Allah, kalau ini tidak melanggar prinsip Alkitab, kalau ini berdasarkan memuliakan Allah, kalau ini tidak ada ikatan dosa, orang yang berkaitan juga sudah jelas akan pimpinan Tuhan, kalau ada damai sejahtera Roh Kudus dan Kristus memerintah di dalam hatimu, maka jalankanlah.

Alkitab berkata tentang orang-orang yang berada dalam periode kekaburan itu: "Jika ia hidup dalam kegelapan dan tidak ada cahaya bersinar baginya, baiklah ia percaya kepada nama Tuhan dan bersandar kepada Allahnya!" (Yesaya 50:10). Firman ini merupakan penghiburan yang besar bagi mereka yang berada sementara dalam masa kekaburan itu. Orang yang takut akan Allah, sementara berjalan dalam kegelapan peganglah teguh akan Tuhan.

Apakah saya dipanggil untuk menjadi hamba Tuhan?

Untuk mengetahui apakah saya dipanggil menjadi hamba Tuhan, dan bagaimana saya secara praktis, secara prinsip, boleh mengetahui dengan jelas, ada tiga prinsip yang penting, yang perlu kita ketahui.

1. Saya jelas tahu tugas ini berat, pelayanan ini sulit, bahaya besar, risikonya besar, tetapi ada semacam kerelaan dan kemauan yang terus- menerus mendorong, tidak habis-habisnya. Inilah tanda pertama Tuhan memanggil engkau menjadi hamba-Nya.

Sambil mendengar prinsip yang penting ini, saya minta Saudara mulai menyelidiki diri, introspeksi ke dalam dirimu. Apakah yang menjadi motivasi sehingga Saudara mau menjadi hamba Tuhan? Apakah karena engkau ingin seperti Billy Graham? Apakah engkau ingin menjadi hamba Tuhan yang besar, kelihatan menonjol di hadpaan orang banyak, begitu hebat dan megah berdiri di depan? Apakah engkau ingin seperti itu? Kalau itu yang menjadi motivasimu berarti engkau tidak akan dipanggil oleh Tuhan. Orang yang dipanggil Tuhan justru mengetahui hal ini tidak gampang, ini sulit, ini berat, tugas yang berat dan satu risiko yang besar. Sesudah jelas tapi ternyata kemauan itu terus saja ada, terus mendorong, ini membuktikan tanda pertama. Allah sedang memanggil dia.

2. Engkau mempunyai kerelaan berdasarkan yang tidak habis-habis untuk menjadi full-timer, namun kesulitan-kesulitan selalu memberikan peringatan sehingga engkau tidak berani, akhirnya engkau mundur dan hanya menjadi pelayan Tuhan part-time. Hal ini selalu terjadi dalam gereja.

Waktu konflik ini terjadi dan engkau mengambil keputusan untuk melayani part-time, langsung engkau kehilangan sejahtera. Damai sejahtera yang memerintah itu sekarang mulai menghilang, engkau mulai kacau karena tidak ada sejahtera. Ini tanda kedua bahwa Tuhan mau engkau full-time. Kadang-kadang engkau berdalih, "Tidak semua harus menjadi pendeta, kan? Banyak juga yang melayani part-time, malah sebagai orang Kristen awam bisa lebih baik daripada yang menjadi hamba Tuhan." Ini benar. Saya percaya banyak orang awam yamg rohaninya mungkin lebih baik daripada sebagian pendeta yang kurang bertanggungjawab. Saya percaya itu. Tetapi bukan karena engkau lebih baik dibandingkan dengan yang menjadi pendeta full- time, lalu itu berarti engkau sudah diperbolehkan oleh Allah menjadi part-timer seumur hidup. Tidak! Saudara harus melihat suatu prinsip: apakah yang sebaiknya bagimu? Bukan karena engkau dibandingkan dengan orang lain. Sekali lagi, apa yang direncanakan Tuhan untukmu tidak bisa ditentukan dengan membandingkan dirimu dengan orang lain. Karena setelah Adam berdosa manusia mempunyai satu kecenderungan, selalu membandingkan dengan yang lebih jelek. "Oh, saya toh lebih baik dari pendeta ini." Cukup, lalu memuaskan diri. Kalau kepuasan yang bukan dari Allah itu engkau sudah ambil sebagai suatu bagian dalam hidupmu untuk menipu diri, maka Allah akan tarik kembali pemerintahan damai sejahtera dalam dirimu.

Saudara-saudara, engkau harus betul-betul datang kepada Tuhan, minta penjelasan dari Tuhan. Apakah dirimu sudah mencapai keadaan maksimal yang ditetapkan oleh Tuhan? Jadi prinsip yang kedua, yaitu kemungkinan kehilangan damai itu, sampai engkau menjadi full-timer baru engkau merasa damai itu kembali.

3. Setelah engkau diberi tanda pertama dan kedua, tetapi engkau tetap menolak, maka baru tanda ketiga datang melalui cambukan, pukulan, ajaran yang keras dari Tuhan sehingga engkau tidak bisa tidak taat.

Saya memberikan tiga prinsip ini bukan berdasarkan hal-hal yang selalu berubah. Tetapi berdasarkan suatu kemantapan yang jika Saudara kelak, bertahun-tahun kemudian memikirkannya kembali, bisa dipertanggungjawabkan.

Prinsip pertama diambil dari Filipi 2:13, "Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu, baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." Ini adalah satu-satunya ayat di mana kemauan ganda itu muncul. The will of man and the will of God. Karena Allahlah yang telah mengerjakan di dalam dirimu menurut kemauan-Nya: yang dikerjakan adalah kemauanmu. Jadi kemauan Allah sedang bekerja untuk menormalkan kemauan manusia. Engkau sendiri tidak mengerti mengapa sudah tahu menjadi hamba Tuhan itu sulit, mempunyai risiko yang besar, tugas yang berat tapi dorongan kemauan itu terus ada, itu dari mana? Saudara-saudara, sesudah Adam jatuh manusia berdosa tidak mungkin mempunyai kemauan untuk menanggung yang berat-berat, yang sudah ia ketahui sebelumnya, meskipun orang-orang kolerik lebih dekat dengan kemungkinan ini. Tetapi Alkitab berkata bahwa kemauan Allah yang mengerjakan di dalam dirimu kemauan dan perbuatan itu.

Prinsip kedua tadi diambil dari Kolose 3:15. Damai Kristus memerintah di dalam hatimu dan kalau engkau tidak taat, damai itu tidak lagi memerintah, ia hilang dan engkau mengalami ketidakmantapan dalam hatimu.

Ketiga, kalau engkau masih tidak taat dipukul dan dihajar, itu prinsip yang diambil dari Ibrani 12, yaitu Dia menghajar anak-Nya sendiri. Ibrani 12:7-10, "jika kau harus menanggung ganjaran, Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." Selanjutnya dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

Sumber:

Judul Buku

:

Momentum Vol. 4 Desember 1987

Judul Artikel

:

"Ketidakjelasan" dalam Panggilan Tuhan

Penulis

:

Pdt. Dr. Stephen Tong

Penerbit

:

LRII (Lembaga Reformed Injili Indonesia)

Halaman

:

8-10, 18-21