
Lampu Merah dalam.....
"Gereja Yang Tidak Sehat, Gereja yang tidak bertumbuh & tidak berdampak"
DAPATKAH TUBUH KRISTUS SAKIT?
bumi. Sebaliknya Ia menyembuhkan berbagai penyakit. Namun tak dapat disangkal "Tubuh Kristus" yang sekarang di dunia, yaitu gereja, tidak bebas baik dari dosa, maupun dari penyakit. Bukan berarti kalau kita sudah menjadi anak Tuhan kita kebal dari dosa dan penyakit.
Kita juga memahami bahwa gereja mempunyai musuh di bumi ini yaitu si iblis. Setan terus berupaya menggagalkan rencana Tuhan bagi gerejaNya dengan siasat-siasat yang melemahkan gereja melalui dosa, penyakit dan berbagai bencana dan krisis.
Rick Warren dalam bukunya berjudul "The Purpose Driven Church" menulis: "Allah menghendaki gerejaNya bertumbuh. Kalau jemaat anda sehat secara murni, anda tidak usah kuatir tentang pertumbuhannya".
EMPAT SINDROM (PENYAKIT) GEREJA YANG MENGHAMBAT PERTUMBUHAN
1. Sindrom Jemaat Korintus
Penyakit gereja Korintus ini saya berikan nama "Mentalitas Persaingan" (I Kor 3: 1-6). Menjamur roh "golonganisme"roh "individualisme", yang melahirkan dosa-dosa iri hati, kecemburuan dan
perkelahian.
Pertumbuhan gereja menjadi salah arah, tidak kemuliaan Tuhan,tetapi kebanggaan gereja atau pribadi. Bahkan gereja yang sangat otonom dalam suatu organisasi , alias "gereja dalam gereja". Sindrom ini jelas menjadi kendala bagi gereja untuk bertumbuh menurut cara Allah.
Sehingga tidak heran banyak anggota gereja "jalan-jalan" dari suatu gereja ke
gereja yang lain. Penyakit ini Paulus menyebutnya sebagai manusia duniawi, sifat anak-anak. Jemaat Korintus mungkin bertumbuh tapi minus persatuan. Pertumbuhan yang rapuh.
2. Sindrom Jemaat Galatia
Penyakit jemaat ini dapat kita baca dalam Galatia pasal 3 s/d 5 dinamakan "Penyakit Peraturan dan Tradisi".Gereja Galatia
sudah mengenal keselamatan oleh iman, oleh anugerah, tetapi kemudian merasa
injil saja tidak pas, iman masih harus plus dan kasih karunia perlu dibantu oleh amal manusia oleh Torat. Sindrom peraturan ini bercirikan "tidak konsisten pada Injil" atau dengan kalimat tajam Paulus mengatakan: "mulai dengan Roh mengakhiri dengan daging"(Galatia 3:3, 4:29, 5:19-20). Gereja acapkali membuat banyak peraturan atau tradisi ketat yang diluar Alkitab atau bahkan tidak Alkitabiah. Peraturan gereja dan disiplin gereja sangat diperlukan agar ada ketertiban dalam gereja, namun tidak boleh bertentangan dengan Firman Tuhan.
3. Sindrom Jemaat Efesus
Bahwa gereja di Efesus memiliki penyakit parah sebenarnya merupakan tanda tanya besar, karena Wahyu 2:1-3 lebih dulu memuji jemaat Efesus sebagai gereja yang sangat aktif, rajin, bekerja keras buat Tuhan, setia, konsisten pada pengajaran yang benar, menderita, berjuang tanpa lelah. Luarbiasa! Jemaat yang layak diacungkan jempol. Akan tetapi Wahyu 2:4 mencatat kecaman sangat keras pada jemaat Efesus dengan ancaman "dicabut" statusnya sebagai gereja Tuhan (Wahyu 2:5), jikalau tidak bertobat. apakah gerangan kesalahan atau penyakit jemaat Efesus yang "luar biasa aktif" ini sampai ia digolongkan sebagai gereja yang jatuh sangat dalam..? Efesus kena sindroma akut bukan kehilangan darah putih atau ginjalnya tidak berfungsi lagi, melainkan kehilangan "kasih pertama". Kalau gereja tidak memiliki kasih dalam gerakan pelayanannya, ibadahnya, persekutuannya, kesaksiannya, gereja itu sudah jatuh dalam. Saya namakan penyakit Efesus ini"Koroner Spiritual". Hati-hati pada penyakit jantung rohani. Walaupun anda kelihatan sehat, tapi kalau jantung kena serangan berbahaya.
Jangan kehilangan kasih semula! Efesus bertumbuh, namun minus kasih. Kasih adalah karakter utama Kristiani (Galatia 5:22). Kasih unsur utama dalam persatuan dan kesempurnaan gereja (Kolose 3:14).
4. Sindrom Jemaat Laodikia
Ini penyakit terparah dalam gereja. Suatu komplikasi penyakit-penyakit yang sangat memerlukan belas kasihan Tuhan karena memang dibenci oleh Tuhan. Dapat kita baca dalam Wahyu 3:14:19. Penyakitnya terdiri dari 3 jenis:
· MISKIN juga dengan 3 stadium: Melarat, Malang, Miskin.
· BUTA.
· TELANJANG.
Gereja Laodikia diberi gelar gereja suam dan sangsinya sudah digariskan: Jemaat ini diludahkan, dimuntahkan atau dibuang keluar. Celakanya, jemaat ini tidak sadar mereka miskin, buta dan telanjang, malahan mereka bangga "sangat diberkati, semua ada tidak kurang apapun". Mereka merasa "diberkati keuangan dan properti", mereka menganggap "Teologi mereka paling hebat, pengajarannya paling
dalam, kebaktiannya paling dibanjiri massa, pendetanya paling diberkati". Inilah yang bersindrom "mentalitas berkat, mentalitas sukses dan mentalitas diri besar", padahal sebenarnya jemaat Laodikia:
· Minus Kuasa - perlu emas yang teruji api, iman yang teruji penderitaan. (1Petrus 1:7).
· Minus Visi - perlu minyak urapan baru, sebab mata buta, kehilangan visi/penglihatan. (1Yohanes 2:20, Kisah 10:38).
· Minus Kebenaran - perlu pakaian kekudusan dan kebenaran Firman Allah (Yohanes
17:17). Hati-hati kalau jemaat sedang diberkati, jangan menjadi jemawa,
sebaliknya, semakin memberkati, semakin rendah hati, semakin membantu sesama (1Petrus 3:9).
· Gereja suam adalah indikator gereja akhir zaman. Namun pemulihan gereja adalah
fenomena akhir zaman, sebelum Kristus datang kembali.(Kisah 3:21).
Seminggu kemudian, saya berbicara dengan Stella kembali dan menemukan betapa kuat pengaruh gembalanya atas jemaatnya. Stella telah meminta maaf kepada gembala karena membicarakan dengan orang luar problemanya dengan gereja, dan ia telah berjanji bahwa ia tidak akan pernah lagi berbicara dengan saya. Sejak itu saya tidak pernah dengar lagi dari Stella.
Ibrani 10:24-25 (Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat).
1. Menonjolkan Kekuasaan.
Tentunya harus diberikan tempat bagi pengajaran Alkitab mengenai otoritas rohani. Namun, kalau seorang gembala berbicara mengenai pokok ini setiap minggu, selalu mengingatkan semua orang bahwa ia yang memegang kekuasaan, maka kita dapat memastikan bahwa ada sesuatu yang sedang muncul. Dalam gereja yang tidak sehat, gembala sebenarnya mulai mengambil tempatnya Yesus dalam kehidupan kita. Dalam kasus Stella, ia diberitahu bahwa ia tidak dapat meninggalkan gerejanya dengan diberkati Allah kecuali ia telah menerima ijin dari gembala. Allah tidak akan memberkatinya.
Pemimpin rohani yang mau berkuasa memakai alasan semacam ini untuk memanipulasi umat. Kita perlu mengerti proses yang dialami suatu gereja untuk sampai pada titik tertipu ini. Oleh karena para gembala tidak ada cara untuk mengukur keberhasilan mereka kecuali melalui jumlah jiwa yang hadir, mereka bisa kecewa kalau jiwa-jiwa meninggalkan gerejanya. Kalau mereka merasa terancam, mereka bahkan dapat mengembangkan suatu doktrin untuk menghentikan jiwa-jiwa meninggalkan gerejanya.
Mereka bisa berkhotbah tentang loyalitas tanpa pamrih, dengan memakai cerita-cerita Alkitab tentang Daud dan Yonatan, atau Elisa dan Elia. Dengan memakai contoh seperti ini, sang pemimpin bahkan dapat memperoleh dasar "Alkitabiah" untuk mengendalikan juga hal-hal pribadi dari anggota jemaatnya. Seorang pemimpin yang mau menguasai bisa juga berusaha menanamkan perasaan berhutang dengan mengingatkan jemaatnya tentang apa saja yang ia telah lakukan bagi mereka. Cara berkhotbah begini mengakibatkan anggota gereja mencari kedudukan yang menguntungkan pada gembala daripada suatu keinginan yang tulus untuk menyenangkan Allah dan bukan manusia (Kis 5:29 Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia).
Yesus juga menempelak cara menyenangkan manusia seperti ini ketika Ia mengatakan kepada orang Farisi: "Aku datang dalam nama BapaKu dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu akan menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?" (Yoh. 5:43,44 Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?)
Kalau kita mengejar hormat dari manusia, kita melakukannya dengan merugikan hubungan kita dengan Dia. Berangsur-angsur manusia mengambil tempatnya Allah dalam kehidupan kita. Suatu hubungan jiwa yang tidak sehat tercipta, dan rasa percaya diri kita ditentukan oleh bagaimana hubungan kita dengan mereka yang dalam pimpinan.
Penguasaan seperti ini akan menghancurkan orang secara rohani. Sebuah gereja yang sehat tidak akan membiarkan perhatian penggembalaan yang murni melanggar batasnya dan memanipulasi atau menguasai. Seorang gembala yang benar akan menggunakan pengaruhnya untuk menarik anggota-anggota jemaat kedalam hubungan yang lebih erat dengan Yesus, yang adalah satu-satunya "kepala gereja". (Ef. 5:23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh).
Seorang gembala yang benar menyadari bahwa jiwa-jiwa dalam jemaat bukan miliknya, mereka adalah kawanan domba Allah.
2. Suasana Merahasiakan.
Apabila seorang anggota gereja menaklukkan diri kepada suatu sistem penguasaan, sang pemimpin memberi informasi terbatas kepada setiap pribadi, sambil memonitor dengan teliti setiap hubungan. Akibatnya setiap anggota hanya dapat berhubungan dengan anggota lain berdasarkan informasi yang ia terima dari pimpinan. Dengan cara begini, kalau gembala atau staff gereja berpendapat bahwa salah satu anggota mulai "berbahaya" mereka memiliki suatu siasat untuk tetap pegang kendali yang mereka rasa diperlukan.
Hasilnya, gereja dapat memutuskan hubungan apabila perlu dan menyembunyikan proses ini dibelakang tabir kerahasiaan. Hal ini tidak terbatas pada anggota jemaat. Saya kenal seorang gembala yang telah melakukannya dengan staffnya. Ketika berbincang-bincang ia memberi komentar yang mengakibatkan seorang anggota staffnya menjadi curiga terhadap yang lain. Atau ia mengatakan sesuatu yang menyebabkan salah satu anggota staff merasa lebih baik dari yang lain.
Suasana begini memberi angin kepada ambisi mementingkan diri sendiri dan persaingan antara para staff.Namun itu telah menjadi cara bagaimana gembala tetap mengendalikan dan memastikan bahwa staffnya tidak pernah dapat menantang otoritasnya. Setelah beberapa waktu, gembala pembantu memahami apa yang terjadi dan akhirnya mereka menyelesaikannya. Dalam jemaat yang tidak sehat, merahasiakan juga dapat menutupi keuangan.
Gembala-gembala dapat menghimbau dengan semangat untuk mencari dana namun mereka tidak memberi kepastian bahwa keuangan gereja ditangani dengan tanggung jawab dan jujur. Saya bahkan mendengar gembala-gembala memberitahu kepada jemaat bahwa mereka tidak mengumumkan kebijaksanaan keuangan gereja karena "jemaat tidak memiliki pengertian rohani atau kedewasaan untuk mengerti dinamika keuangan gereja." Pernahkah anda mendengar alasan seperti ini? Ada gembala yang berkhotbah: "Tidak masalah apa yang kami lakukan dengan uangmu. Tanggung jawab saudara adalah untuk memberi." Akan tetapi Alkitab menyuruh kita menjadi bendarahawan yang baik dan dalamnya termasuk memastikan sistem pertanggung-jawaban yang baik untuk menangani korban-korban persembahan. Kalau kita mengetahui bahwa ada penanganan keuangan yang tidak benar, maka sebagai bendaharawan/pelayan yang baik kita harus bertanggung jawab dimana kita menabur benih keuangan kita.
Saya tidak dapat membayangkan orang yang akan terus memberi setelah mengetahui bahwa ada penyalah gunaan keuangan. Namun mungkin mereka masih merasa didorong untuk memberi kalau keinginan mereka untuk diperkenan oleh pimpinan lebih penting daripada kejujuran dalam keuangan.
3. Sikap Elitis.
Sikap yang mematikan ini menghasilkan mental "siapa kamu siapa saya". Ini adalah gereja yang percaya bahwa sebenarnya tidak ada yang memberitakan injil kecuali mereka. Atau paling sedikit, tidak ada yang memberitakan injil sebaik seperti mereka! Sikap elite tidak mendorong anggota gerejanya untuk mengunjungi gereja lain atau menerima bimbingan dari siapapun yang tidak masuk gereja mereka. Apabila ada yang mengunjungi gereja lain, maka ia dianggap sebagai tidak sepakat." Apapun yang kau butuhkan bisa didapat dalam rangka kelompok kita. "Semua yang kau perlu tahu, kau akan terima dari gembala dan pengajarannya." Sehingga rasa hormat terhadap denominasi lain hanya sedikit saja, bahkan mungkin tidak sama sekali.
Gereja yang sehat menghormati dan merayakan ungkapan-ungkapan lain dalam Tubuh Kristus yang beranggotakan banyak. Suatu gereja yang berpusat pada Kristus menyadari bahwa tidak ada denominasi atau gerja lokal yang dapat memenangkan suatu kota seluruhnya, betapapun besarnya pemimpin yang berpusat pada Kristus, yang berpakaikan kerendahan hati, mengakui bahwa gereja yang kecil sama berarti seperti yang besar, gereja Baptis sama vitalnya seperti Kharismatik dan setiap suku bangsa mendapat tempat pada meja Tuhan.
Gereja yang sehat akan mempromosikan gereja-gereja lain di dalam kotanya, daripada hanya mempromosikan acara dan kegiatannya sendiri terus-menerus. Sebuah gereja yang sehat akan menyokong kebangunan rohani dalam semua gereja daripada memajukan pemikiran bahwa ia memiliki sesuatu dokrin yang lebih baik. Gereja yang sehat akan memperlihatkan sikap yang tertulis dalam Pilipi 2:3-4 ".. dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."
4. Mementingkan Perbuatan.
Kesempatan melayani banyak sekali dalam banyak gereja. Namun dalam gereja yang suka menguasai,kesempatan begini bukan demi melayani. Aktifitas diperlukan supaya dapat membuktikan komitmen kepada organisasi. Apakah itu merupakan hadir dengan setia dalam kebaktian atau bekerja dalam satu departemen, loyalitas adalah kuncinya.
Tentu saja menghadiri kebaktian adalah penting untuk pertumbuhan rohani kita. Namun kalau kita hadir dalam kebaktian supaya mendapat kebaikan dari gembala atau memperoleh kepercayaannya, maka kita meleset dari sasaran. (Galatia 2:16 Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat).
Kita tidak dapat bekerja untuk mendapat sorga atau kasih Allah. Berita tentang kasih karunia Allah tidak membatalkan perlunya melayani, itu justru membuka "mengapanya" kita melayani. Sekalipun kita diajar untuk menjalankan disiplin tertentu dalam kehidupan Kristiani, disiplin-disiplin itu bukan jalan untuk diperkenan Allah. Itu dimaksudkan sebagai perayaan kasih dan kemurahan Allah yang tak terhingga.
5. Memotivasikan Takut.
Apabila seorang gembala mengatakan kepada jemaat bahwa mereka yang meninggalkan gerejanya atau tidak patuh kepada otoritasnya berada dalam bahaya pehukuman Allah, anda dapat memastikan bahwa orang ini bekerja dengan mau berkuasa. Ia memakai takut sebagai cara daging/manusia untuk menahan jiwa-jiwa dalam gereja. Biasanya pengungkapan seperti ini: "Kalau anda meninggalkan gereja kami, berkat Allah akan diangkat dari kehidupanmu dan kau akan keluar dari kehendak Allah. "Yang lain mengatakan, "Kalau anda meninggalkan gereja kami, maka itu adalah pemberontakan dan iblis dengan bebas dapat mengganggu kehidupanmu. "Disini motivasinya adalah ketakutan bukan kasih.
Anda dapat memastikan bahwa alasan seperti ini bukan dari Allah. Yesus tidak pernah memotivasikan orang dari sebab takut. Dalam gereja yang suka berkuasa atas umat, takut adalah bentuk manipulasi. Yang tidak tercapai oleh kasih dan sikap hamba, suatu gereja yang mau berkuasa akan berusaha mencapainya melalui manipulasi. Ini adalah sama sekali bertolak belakang dengan l Yoh.4:18, yang mengatakan, "Didalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan......".
Bagaimakah baiknya respon anda kalau gerejamu menunjukkan satu atau lebih dari ciri-ciri yang tidak sehat ini? Dibawah ada beberapa nasehat.
· Bicaralah dengan gembala saudara mengenai keprihatinanmu, sambil mengingat bahwa kalau ia memang benar dimotivasi oleh roh yang suka menguasai, anda dapat dihadapkan dengan usaha manipulasi (=mempengaruhi/mengendalikan/mengakali untuk kepentingan sendiri) selama pembicaraan. Tetaplah bersikap rendah hati daripada menjadi marah atau membela diri.
· Seorang pemimpin gereja yang suka menguasai akan menghalangi anda untuk membicarakan keprihatinanmu dengan orang lain manapun. Namun, Alkitab mengatakan bahwa: ".... jikalau penasehat banyak, keselamatan ada." (Ams. 11:14). Mintalah nasehat dari seorang pemimpin yang dewasa dan objektif dalam gereja yang lain atau seorang kristen yang dewasa. Ada kemungkinan bahwa apa yang anda lihat sebagai sikap mau menguasai sebenarnya perhatian yang tulus, jadi berdoalah agar dapat membedakannya.
· Jika sesudah anda menerima nasehat anda yakin bahwa gereja anda terperangkap roh suka menguasai, maka anda bebas untuk meninggalkannya. Anda tidak memikul tanggung jawab untuk orang lain manapun yang masih loyal kepada gereja itu, jadi jangan coba menyelamatkan mereka. Berdoalah untuk jiwa-jiwa itu agar mereka mengenali situasinya.
· Pada mulanya anda akan merasa seperti tidak mempercayai seorang gembala lain lagi, namun lawanlah pikiran itu dan cari suatu gereja yang sehat, dimana Alkitab dikhotbahkan tanpa kompromi dan dimana nyata ada kasih. Allah menyediakan gereja yang sehat bagimu. Gembala yang baik sanggup sepenuhnya untuk memimpin anda kepada rumput yang hijau (Maz.23) dimana anda dapat bertumbuh dalam Dia. Kalau saudara mengijinkan Allah memimpinmu, Ia juga akan mengurapi kepalamu dengan minyak dan menyembuhkan luka-luka dari lingkungan yang menyalahgunakan sesama.
· Terapkan Matius 16:18-19, dimana tercatat ada empat ciri-ciri gereja yang berdampak: harus kokoh maksudnya adalah memiliki pengajaran-pengajaran yang benar dan berlandaskan firman Tuhan, & menjadi saksiNya dan mengubah dunia dengan nilai-nilai kerajaan Allah.
By: Naomi Meilyna Tjahyana Hadi
Jakarta, July 16, 2009
Published to Christian Magazine "TRUTH"
No comments:
Post a Comment