
TIPS - MENGENAL KESEMBUHAN ILAHI YANG SEJATI
Fenomena Kesembuhan Ilahi
Menarik, kebaktian yang diisi acara kesembuhan mukjizat selalu digandrungi lebih daripada kebaktian biasa. Ini tentunya disebabkan orang ingin bukan hanya saja sekedar mengikuti kebaktian, tetapi juga ingin menyaksikan dengan mata kepala sendiri mukjizat apa yang kira–kira akan terjadi. Rasa ingin tahu yang besar, yang merupakan sifat alami manusia menjadi motivasi kuat untuk menghadiri acara tersebut. Di samping itu ada juga yang percaya dan memang ingin mengalami pertolongan Tuhan melalui acara tersebut.
Masih segar di ingatan kita, fenomena kesembuhan ilahi yang dilakukan Selvin bocah berusia 8 tahun di Meko, Sulawesi Selatan. Peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu tersebut cukup menghebohkan & menarik perhatian, bukan hanya dikalangan Kristen tapi agama lain. Banyak yang sakit dari berbagai kepercayaan datang ke Meko mengharapkan kesembuhan, meski tidak sedikit pula yang datang hanya untuk memuaskan rasa penasaran. Kesembuahn ilahi yang terjadi di Meko bukanlah yang pertama kali terjadi, karena jaman Yesus pun mukjizat kesembuhan sudah dinyatakan, bahkan mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus sangat spektakuler. Kesembuhan ilahi massal dipraktekkan KKR di Amerika Serikat sejak tahun 1940-an, dan bersama gerakan Full Gospel Business Men’s Fellowship kemudian merupakan persemaian Kharismatik pada awal tahun 1960-an.
Akhirnya, gereja–gereja tertentu mulai melirik acara ini untuk dimunculkan dalam ibadah rutin mereka, jadi bukan hanya menunggu pada acara–acara khusus seperti KKR misalnya. Tentu saja ini menjadi daya tarik tersendiri bagi jemaat maupun simpatisan untuk menghadiri acara tersebut.
Ada kekhawatir di beberapa pemimpin gereja, kalau-kalau jemaat menjadi bosan dengan acara yang “itu–itu saja,” Jadi perlu diupayakan unsur “heboh, tegang dan mengejutkan” dengan mengagendakan acara kesembuhan mukjizat. Dan lebih dari itu, sebisa mungkin, mereka akan berupaya untuk menyedot jemaat lain untuk memenuhi ruang gerejanya. Dengan dengan lagak pilon, mereka menampik dipersalahkan.
Pada acara kesembuhan mukjizat tersebut, diupayakan sebisa mungkin selalu ada yang memberikan kesaksian. Dengan mengklaim demi kemuliaan nama Tuhan, bila diamati lebih cermat, ujung-ujungnya diarahkan kepada promosii acara tersebut dan pegiat yang terlibat. Paling tidak aacra tersebut bisa dijadikan legitimasi, bahwa Tuhan “hadir” dan berkenan pada acara tersebut.
Penekanan kembali kuasa Tuhan yang menyembuhkan memang merupakan inovasi identitas gereja di tengah-tengah kelesuan gereja mapan yang nyaris tidak pernah memeberi “bukti’ kehadiran dan kuasa Tuhan. Dan yang jelas, kesembuhan mujizat mampu menjawab kebutuhan jemaat. Jangankan Tuhan, Ponari saja laku keras. Sayangnya, praktik pelayanan kesembuhan mujizat belakangan ini sarat kepentingan pribadi. Lihat saja spanduk-spanduk KKR kesembuhan ilahi yang menyisipkan kalimat-kalimat seolah berusaha menarik orang tergiur menghadirinya. Tidak bedanya dengan bahasa-bahasa iklan lainnya. Spanduk besar dan baliho adalah investasi yang tidak boleh hanya berbalik sampai pada modal dasar alias BEP (break event point)
Seperti yang pernah diungkapkan Charles Colson, di abad ini iman sudah menjadi semacam komoditi, gereja berperan sebagi retail outlet-nya, yang memprihatinkan adalah tujuannya, yakni memanjakan jemaat dengan produk-produk pelayanan “spiritual” murah meriah. Nilai-nilai iman, kesetiaan, kesalehan sudah semakin kabur alias tak jelas. Gereja tak ubahnya seperti penjaja “mujizat” yang tak beda dengan karakter di luar gereja. Ujungnya akan berdampak krisis identitas gereja, di mana gereja tidak berperan sebagaimana panggilannya, yaitu memproklamirkan Yesus sebagai Tuhan, bukan hanya sebagai Juruselamat. Hal ini tampak dari berbagai ajaran dan penyikapan, bagaimana orang bisa memperbudak Tuhan.
Dampak lain akan muncul manakala para dukun sudah tak lagi berbusana angker, hitam lusuh, berbau kemenyan dan komat kamit ngiomong tak karuan. Mereka tak hanya berganti busana dan aksesori, tapi juga namanya berubah jadi paranormat, indigo, ilusionis, mentalis dll. Umat pun menjadi kehilangan kompas, tak tahu arah, tak tahu mentukan mana benar mana salah. Karakterisitik okultisme telah berbaur dengan acara atas nama Tuhan.
Bahaya lain, kalau jemaat tidak mengritisii praktik kesembuhan mukjizat yang beredar akhr-akhir ini, iblis pasti meluluh-lantakkan orang Kristen., bagaimana mungkin, karunia besar yang semestinya Tuhan maksudnya untuk menjadi “sekedar tanda” kehadiran-Nya, berubah menjadi tujuan utama. Orang lebih berfokus pada manusia ketimbang Tuhan sendiri yang adalah sumber kesembuhan. Celakanya lagi, orang akan cenderung mengkultuskan “alat Tuhan” baik manusianya, maupun benda-benda tertentu yang dianggap bisa menyembuhkan. Iman tidak diletakkan lagi pada fondasi yang benar yaitu Firman Tuhan, tapi pada ajaran manusia. Ujungnya, iman pun akan kandas.
Ingat, setan juga bisa membuat ‘mukjizat’, bisa juga bikin kesembuhan spektakular (meski setan melakukannya selalu take it for granted). Bukankah iblis selalu berusaha meniru apa yang Tuhan lakukan? So, jika tujuan iman kita fokuskan pada mukjizat, salah satunya mukjizat kesembuhan, bukankah akan sangat mudah nantinya kita terkecoh atau tertipu?
Jadi waspadalah dengan memperhatikan tips di bawah ini:
· Kenalilah apa yang dia (pelayan penyembuhan) ajarkan. Apakah pengajarannya Alkitabiah?
· Kalau dia bernubuat, apakah itu tergenapi? Kalau tidak dia pembohong alias nabi palsu. Dan sekalipun dia nabi palsu, dia bisa melakukan mukjizat (Mat. 24:24; 2Kor. 11:14; 2Tes. 2:9)
· Jangan mengukur kebenarannya dengan sembuh atau tidaknya si sakit. Pengajar sesat bisa menyembuhkan; sebaliknya ada kalanya nabi Tuhan tidak Tuhan pakai untuk menyembuhkan.
· Ingatlah bahwa siapa pun dan apa pun hanyalah alat di tangan Tuhan. Tuhanlah yang menyembuhkan. Sebab itu, jangan berfokus pada alat itu. Jika seorang “hamba Tuhan” secara terselip ingin menonjolkan diri atau diakui sebagai penyembuhnya, dia adalah nabi sesat. Ingat hanya Yesus Kristus–lah satu-satunya perantara (imam) kita kepada Bapa.
· Kesembuhan illahi yang dicatat dalam Alkitabi bersifat spontan dan permanen. Artinya bukan setelah meninggalkan acara KKR lalu kambuh lagi.
· Kesembuhan illahi yang dicatat dalam Alkitab adalah untuk penyakit-penyakit yang tak bisa disembuh pada zamannya. Contoh: lepra, ayan, buta, lumpuh bertahun-tahun, kanker, pendarahan 12 tahun, dirasuk setan, telinga yang terpotong, dan bahkan mati.
· Kesembuhan illahi bisa diuji dan terbukti secara medis, bahwa si sakit betul-betul sembuh. Jadi bukan sekedar merasa sembuh.
· Penderitaan si sakit sudah diketahui orang banyak, bahkan jadi pergunjingan.
· Tidak ada promosi; bahkan Tuhan Yesus melarang orang yang disembuhkan bercerita kepada orang lain. Tuhan Yesus tidak pernah mempublikasikan karya mukjizat-Nya untuk membuat berita heboh, atau untuk menggalang dana (Mat. 8:1-4; 9:27-31), Segala pujian dan kemuliaan hanya bagi nama Tuhan.
· Ketika melakukan karya mujizat, Tuhan Yesus bukan hanya mengandalkan iman, tetapi kuasa Allah. Hanya 1 dari 31 kasus Dia meminta orang untuk beriman (Mat. 9:27-30). Bahkan di beberapa kasus si sakit sama sekali tak punya iman (Luk. 7:11-17; Yoh. 5:2-13). Bandingkan dengan praktik penyembuhan mukjizat baik di dalam maupun luar gereja masa kini. Nabi palsu akan mengandalkan kekuatan pikiran (positif thinking dll- yang sebenarnya bukan iman), nama Tuha hanya sebagai lips service.
· Ajar & didiklah diri kita untuk mencintai Tuhan lebih dari segalanya, termasuk mukjizat! Ingatlah keselamatan adalah mutlak & kesembuhan adalah bonus. Dan orang bisa saja disembuhkan tetapi kehilangan hidup yang kekal atau sebaliknya tetap memiliki hidup kekal sekalipun sewaktu hidup di dunia dia menderita sakit. Pilih mana?
No comments:
Post a Comment